Mengingat-Nya di Setiap Waktu

Siang itu, saya dan lima orang teman kantor pergi meninggalkan Bandung menuju Jakarta. Setelah rangkaian pelatihan beberapa hari sebelumnya, hari ini waktunya kami pulang.

Perjalanan lancar melalui tol Cipularang. Saya lebih banyak tertidur di perjalanan karena capek dan ngantuk luar biasa. Malam sebelumnya, kami nekat nonton di PVJ sampai tengah malam dan paginya pukul setengah empat sudah harus bersiap ke Masjid Daarut Tauhid (biasanya kalau di Bandung, hari Jum’at kami menyempatkan ke Masjid DT untuk shalat subuh dan mendengarkan ceramah). Paginya, saya masih harus mengajar sampai waktu shalat Jum’at. Ngantuk jadinya.

Saya mulai terbangun sadar ketika mobil sudah keluar dari tol Cipularang dan sudah memasuki tol Cikarang. Ternyata hujan mulai turun. Awalnya rintik-rintik, makin lama makin deras. Saya duduk sendiri di bangku paling belakang, pojok kiri. Saya hanya mengamati hujan dari jendela di sebelah kiri saya. Allahumma shayyiban naafi’aan…. Hampir lupa mengucap doa saat hujan itu.

Saya mengecek twitter. Ada seorang motivator yang menulis kira-kira seperti ini, “Hujan itu menjadi berkah apabila kau banyak berdoa”. Dheg. Tadi hampir saya lupa doa saat hujan. Sekarang saya kembali baru ingat, saya belum mengucap dzikir apapun selama perjalanan. Parah amat.

Kemudian saya berniat untuk memulainya dengan mengucap istighfar sebanyak 70 kali. Astaghfirullah al ‘adhiim… Hujan di luar jendela semakin deras.  Astaghfirullah al ‘adhiim… Jendela menjadi dingin dan udara lebih sejuk. Menjelang istighfar ke enam puluh. Astaghfir…. BRAK! Tiba-tiba terdengar bunyi tabrakan dari depan. Dengan cepat saya menghantam kursi depan saya. Keras. Saat itu yang terasa hanya wajah saya yang sakit-sakit. Sepersekian detik, datanglah hantaman dari mobil belakang. BRAK!

Senyap.

Ketika berusaha duduk normal kembali, saya baru menyadari tas yang jatuh di bawah kaki saya, besi-besi banner yang menimpa, dan snack-snack yang berhamburan dari bungkusnya. Tabrakan beruntun rupanya. Kami kemudian turun dari mobil karena mobil berasap. Alhamdulillah kami semua tidak apa-apa. Saya hanya merasa ada lebam di muka tapi itu akan sembuh dengan sendirinya. Mobil tidak bisa jalan dan akhirnya diderek sampai ke Depok. Tapi Allah baik, kami semua baik-baik saja.

Kadang saya merasa malu. Betapa baiknya Allah dan betapa sedikitnya saya mengingat-Nya. Padahal, kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi atau yang akan menimpa kita. Kita semua selalu menginginkan akhir hidup yang baik, tapi terkadang lupa, bahwa bila kita tidak tau kapan ajal menjemput, hal terbaik yang bisa dilakukan adalah memastikan setiap saat adalah saat-saat kita mengingat-Nya.

Mari saling mengingatkan untuk mengingat-Nya, karena bagaimana kedudukan kita di hadapan-Nya tergantung dengan bagaimana kita menempatkan-Nya dalam hati kita.

2 thoughts on “Mengingat-Nya di Setiap Waktu

Leave a reply to annisariani Cancel reply